JEMBER, (News Indonesia) – Memasuki musim hujan, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Malang merilis peta prakiraan curah hujan dan daerah potensi banjir untuk bulan november dan desember 2017 dimana wilayah Kabupaten Jember masuk dalam kategori tinggi dan mengalami peningkatan, seperti yang telah dilansir media ini pada 22 oktober 2017 lalu.
Menanggapi hal tersebut, Forum Wartawan Lintas Media (FWLM) Kabupaten Jember menggelar Diskusi Kebencanaan bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Komunitas Wong Jember Peduli Bencana (WJPB), Sabtu (4/11) sore.
Acara yang dikemas dengan ngopi bareng di Rumah Kafe, kawasan Jl. PB. Sudirman itu diikuti oleh para jurnalis yang tergabung dalam FWLM Jember guna mendapatkan berbagai pengarahan mengenai kebencanaan.
Ketua FWLM Jember, Ihya Ulumiddin atau akrab dipanggil Udik memberikan berbagai materi mengenai peliputan bencana.
Dalam penjelasannya, dia menitikberatkan kepada aspek humanis yang harus dikedepankan oleh seorang jurnalis ketika meliput bencana.
“Jurnalis harus menghentikan pola-pola peliputan eksploitatif dengan menampilkan kesedihan korban bencana secara berlebihan, selayaknya para jurnalis menyampaikan kabar yang informatif sehingga mampu membangkitkan empati publik terhadap para korban,” terang Udik.
Menurutnya, dengan mengeksploitasi kesedihan korban sebagai bahan berita akan menambah kesedihan bagi korban bencana serta trauma yang semakin mendalam.
“Dan sebagai jurnalis kita harus mengambil peran untuk menginformasikan kepada masyarakat, bukan hanya pada saat dan paska terjadinya bencana tetapi yang paling penting sebelum terjadinya bencana, seperti mitigasi dan rencana kontijensi kebencanaan,” lanjut Udik.
Sementara itu, Ketua WJPB Jember, Istono Asrijanto meminta semua stakeholder pemerintah, semua elemen masyarakat diminta untuk saling bersinergi dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai pengurangan resiko bencana serta kesiapsiagaan.
Oleh sebab itu, kematangan manajemen kebencanaan Jember harus ditingkatkan mengingat kesiapan Jember masih masuk dalam katagori minim.
“Jika diukur berdasar skala 1 sampai 10, kesiapan Jember dalam menghadapi bencana masih di angka 2,” terang Genjur, sapaan akrab Istono Asrijanto.
Lembaga kemanusiaan yang fokus pada pra bencana atau pengurangan risiko bencana ini berharap kepada para jurnalis untuk bersama melawan berita hoax yang berdampak negatif terhadap kondusifitas masyarakat.
“Disinilah peran media dibutuhkan, kami juga berupaya menyebar banner pemberitahun kawasan daerah rawan bencana melalui banner di sejumlah titik. Hal ini di mungkinkan masyarakat lebih hati-hati dan waspada terhadap alam sekitar,” tandasnya. (gun)
Comment