JEMBER, (News Indonesia) – Penemuan batu yang tersusun rapi yang diduga situs bersejarah itu, menghebohkan warga Dusun Krajan, Desa Ledokombo, Kecamatan Ledokombo. Faisol warga yang pertama kali melakukan penggalian bersama dua orang temannya, mengaku menemukan titik lokasi penggalian melalui mimpi yang dialaminya sejak setahun belakangan setelah kurang lebih 4 kali bermimpi yang sama.
Hingga saat ini, warga sekitar masih menunggu penelitian lebih lanjut, dan pihak berwenang dari Balai Arkeologi.
Namun demikian, menurut salah seorang Pegiat Sejarah dari Komunitas Bathara Saptha Prabu, Zainollah Ahmad. Tumpukan batuan yang tampak dari batu bata namun memiliki guratan relief itu, memiliki kemiripan dengan Candi Deres dan Candi Situs Beteng di Kecamatan Semboro.
“Bangunan ini kalau saya cermati dan analisis dari sumber yang ada, (tumpukan batuan yang tertata rapi itu) memiliki kemiripan dengan yang ada di Candi Deres dan Candi Situs Beteng Semboro,” kata pria yang akrab dipanggil Zainul itu, Rabu (1/7/2020).
Hasil amatannya, batu bata berukuran besar dengan panjang kisaran antara 30 sampai 42 cm, lebar 15 sampai 22 cm itu bukan dari zaman sekarang.
“Kemudian juga ada guratan-guratan relief sebagaimana bebatuan yang ada di percandian,” ujarnya.
Baca Juga: Menggali Tanah Tegalan, Warga Jember Temukan Situs Batu Diduga dari Zaman Kuno
Kemudian diamati dari sumbernya, berdasarkan analisis sementaranya, ada sumber-sumber dari penjelasan Negarakertagama deswaranganga atau sumber dari araraton yang kaitannya dengan Perang Sadeng.
“Juga ada perjalanan dari Pujangga Manik awal abad 16, dan Sumber dari Sratentiwi. Selain itu, juga ada dari luar negeri Tome Pires seorang Portugis, yang mengungkapkan, jika kawasan Bangwetan ini, Jember dan sekitarnya sampai Banyuwangi. Banyak peninggalan Candi, sebutan orang Portugis Pagoda,” jelasnya.
“Ini bisa jadi Candi kedaton Duta atau semacam tembok kota, sama halnya (yang ada) di Gumitir, Trowulan itu,” sambungnya.
Namun untuk lebih jelasnya, menurut pria yang suka dengan hal-hal berbau sejarah ini, pihaknya masih menunggu keterangan konkret dari yang lebih berwenang.
“Nantinya perlu diteliti lebih lanjut oleh Balai Arkeologi. sebagai pegiat kita hanya memberikan semacam analisis (awal) gitu,” pangkasnya. (*)
Comment