SUMENEP, (News Indonesia) – Paha mulus nan seksi terlihat jelas melenggak-lenggok di atas catwalk saat memperagakan karya batik berhasil membius ribuan penonton dalam gelaran Sumenep Batik Festival, Sabtu (9/12).
Pagelaran yang seharusnya menjunjung tinggi kearifan lokal bumi sumekar, nyatanya malah menciderai, parahnya lagi, lokasi peragaan kain batik itu berada di depan Masjid Agung Sumenep.
Sontak, pagelaran yang diselenggarakan oleh PU Bina Marga setempat dalam rangka menyambut Visit Sumenep 2018 itu menuai kecaman dari berbagai pihak.
Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama’ (ISNU) Kabupaten Sumenep, Mohammad Husnan A. Nafi’ mengecam keras kemasan Sumenep Batik Festival tersebut.
Menurutnya design baju batik yang diperagakan dinilai terlalu vulgar mempertontonkan aurat di tengah masyarakat yang mayoritas agamis.
“Festival ini telah menciderai karakteristik masyarakat Sumenep yang sangat agamis dan mayoritas santri. Sumenep banyak pesantren, banyak kyai, tak seharusnya menampilkan yang vulgar di depan Masjid Jamik kayak itu,” terangnya saat dikonfirmasi via telepon
Husnan menilai design
program Visit Sumenep 2018 tidak disusun secara integratif, dengan nilai-nilai budaya, nilai agama, nilai-nilai sosial masyarakat, untuk itu pihaknya meminta Bupati menegor Dinas penyelenggara, dalam hal ini Dinas PU Binamarga.
“Bupati harus turun tangan ini, jangan beri peluang event-event yang terlalu vulgar untuk ditampilkan kepada khalayak ramai, apalagi penyelenggaranya adalah Pemerintah,” tegasnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) Cabang Sumenep, Joko Suhardi.
Ia menilai pagelaran tersebut dinilai telah mempertontonkan aurat, bukan lagi pada nilai seni batik itu sendiri.
Joko mengaku prihatin dan miris terhadap penyelenggaraan Sumenep Batik Festival 2017, karena ada peserta yang lebih menonjolkan desain busana batik yang mempertontonkan aurat, bukan lagi pada nilai seni (motif) batik itu sendiri.
“Batik Festival Sumenep kan sebagai upaya mempromosikan Visit Sumenep 2018, tapi pagelaran ini malah menciderai norma dan nilai budaya Sumenep, bahkan melanggar ajaran agama,” katanya.
Bahkan menurut Joko, karya budaya bangsa ini telah ternodai dengan peragaan model yang memperlihatkan jelas pada bagian sensitif tubuhnya.
“Masak desain busananya harus dibolong-bolongin di wilayah tubuh sensitifnya,” ucapnya heran.
Lanjut Joko, Inovasi Pemkab Sumenep melalui Visit Sumenep 2018 memang harus didukung oleh semua lapisan masyakat, tetapi tatanan kehidupan yang berbudaya dan agamis harus juga diperhatikan oleh semua pihak, termasuk penyelenggaraan event seperti pada Festival Batik tersebut.
Dalam Festival tersebut, kata Joko seharusnya penyelenggara membuat aturan dan ketentuan yang mempersyaratkan dengan kriteria yang tepat pada desain busana yang akan ditampilkan, yakni mengenai norma, etika dan estetikanya.
“Panitia sudah teledor jika kemudian muncul model dengan busana bolong gitu. Padahal acara lainnya, seperti menghadirkan Puteri Indonesia sudah cukup bagus,” tukasnya.
Oleh karenanya, IKAPMII Sumenep akan mengkaji lebih detail kemungkinan adanya pelanggaran terhadap UU Pornografi dan Porno Aksi dari Batik Festival tersebut.
“Bila memenuhi unsur-unsur pelanggarannya tidak menutup kemungkinan kami laporkan,” pungkas Joko. (Jie/Gun)
Comment