Hairul Anwar: Hidup Adalah Pengabdian Demi Kemaslahatan

SUMENEP, (News Indonesia) -- Hairul Anwar bukan nama baru di kalangan pengusaha maupun politisi, baik di kancah nasional maupun lokal Sumenep. Pria kelahiran Pasongsongan 18 Agustus 1980 silam ini terbilang cukup sukses diberbagai bidang.

SUMENEP, (News Indonesia) — Hairul Anwar bukan nama baru di kalangan pengusaha maupun politisi, baik di kancah nasional maupun lokal Sumenep. Pria kelahiran Pasongsongan 18 Agustus 1980 silam ini terbilang cukup sukses diberbagai bidang.

Nama Ketua BM-PAN ini bahkan bisa dikatakan cukup kesohor di tanah Arya Wiraraja. Bagaimana tidak, kesuksesan pria yang lahir pada bulan kemerdekaan ini membuat karir usaha dan politiknya melejit. Tak ayal, saat ini ia menjadi buah bibir di ajang politik 5 tahunan di Kabupaten berlambang kuda terbang.

Dalam bidang bisnis, banyak usaha yang dia tekuni. Pria asal Pasongsongan yang juga pernah menjadi distributor semen, asbuton dan sejumlah komoditas lainnya juga dikenal sebagai kontraktor. Utamanya berkaitan dengan kelistrikan. Tak hanya, dengan kecerdasan yang ia miliki di bidang teknik, membuatnya dipercaya menjadi pelaksana energi terbarukan di Kabupaten berjuluk Sumekar ini. Dunia kelistrikan setidaknya memberikan azas manfaat bagi masyarakat, dan ini dilakukan saat menggarap jaringan listrik di pulau Giliraja Kecamatan Giligenting.

Di bidang politik, suami dari Noviana Citrayati termasuk cukup cemerlang. Saat ini, dia menjabat sebagai Ketua DPD BM PAN Sumenep. Dia juga dikenal oleh sejumlah politisi Nasional, termasuk kedekatan dengan mantan Wagub DKI Sandiaga Uno. Terbukti, dia berhasil mendatangkan mantan Cawapres ke Kota Sumekar.

Dikenal sebagai pria multi talent, tak lantas membuat ‘Bang Irul’ biasa disapa menjadi jumawa. Dikalangan aktivis dan mahasiswa hingga sejumlah pengusaha ia dikenal sebagai sosok dermawan dan tak banyak bicara.

Dengan demikian, pengalaman tersebut setidaknya menjadi kekuatan dasar untuk menjadi calon pemimpin Sumenep tercinta. Apalagi, orangnya terbilang cukup suple dan mudah berkomunikasi dengan handai tolan dapat diterima oleh semua kalangan. Bagi bang Irul berkomunikasi dengan siapapun tak pernah ada perbedaan, ia menganggap semua sama, tak beda kelas rendah maupun elitis atau borjuis. Bahkan, dia akan sangat baik kepada orang yang tak mampu, tutur katanya santun dan penuh kekeluargaan.

Bahkan, tak pernah terlintas ada bangunan komunikasi defensif yang ia sampaikan. Setidaknya, komunikasi yang dihadirkan adalah dialog bebas antara subjek dan objek. Meminjam istilah Martin Buber seorang Filosof, komunikasi yang baik menempatkan subjek dan objek pada ruang bebas (I-Thou), sehingga subjek tak merasa paling benar, bukan komunikasi I-It, yang menjadikan objek pasif dan cenderung defensif.

Di era Demokrasi, komunikasi baik menjadi syarat penting untuk menjadi pemimpin sebuah daerah atau negara. Sebab, jika komunikasi tidak baik dan cenderung tidak sehat hanya akan menghadirkan kegaduhan. Hal ini mengingat partisipasi publik cukup kuat di era demokrasi, utamanya mengambil kebijakan politis. Angin komunikasi yang cukup apik akan memberikan kesan pro rakyat dan menghindari konflik. Semua aspirasi rakyatnya akan menjadi pertimbangan nyata untuk kebijakannya kelak.

Dalam konteks terkini, tentu tak salah jika Hairul Anwar digadang menjadi calon dalam Pilkada tahun ini. Sebab, dia dianggap mampu menjalin komunikasi dengan parpol dalam memberikan dukungan. Sosoknya dianggap mampu membangun komunikasi yang penuh dan total, karena komunikasi yang dibangun bukan menegasikan dan merendahkan namun menyejajarkan. Inilah esensi politik dalam membuka ruang komunikasi publik.

Istilah “Panaongan” bukan identik dengan tempat atau makam wali yang ada di Kecamatan Pasongsongan, Meski Hairul Anwar juga berasal dari Kecamatan yang sama. Di kalangan aktivis Hairul Anwar disematkan sebagai “Panaongan”. Sebab, dia bisa menjadi tempat berteduh di kala panas maupun hujan. Namun, tak hanya aktivis, sejumlah warga juga tak lepas dari bayang-bayangnya. Maklum, Direktur Madura Energy ini dikenal sebagai sosok dermawan.

“Hidup adalah pengabdian, mengabdi bukan untuk kepentingan melainkan untuk kemaslahatan,” tuturnya menutup perbincangan. (*)

Comment