Sebuah catatan kegelisahan:
Oleh : Mamat Sai (Wartawan Senior Sumenep)
Tahun 2018 ini, merupakan tahun politik. Dimana rakyat Jawa Timur pada umumnya, akan dipaksa melahirkan pemimpin, yang tentunya sesuai dengan harapan serta tujuan pembangunan yang lebih baik dan dapat mensejaterakan rakyat.
Hanya saja dalam prosesnya, masih menimbulkan tanda tanya. Apakah betul calon yang dipaksakan untuk di pilih itu, mewakili rakyat atau pihak tertentu yang berkepentingan saja. Karena tidak bisa dipungkiri menjadi seorang pemimpin tidak cukup hanya bermodalkan kapasitas keilmuan, kredebelitas, prestasi, latar belakang dan pribadi yang baik. Melainkan harus melebihi dari semua yang dipaparkan di atas ini.
Karena untuk menjadi pemimpin itu tidak mudah, lebih-lebih cos politik yang sangat mahal, semakin sulit melahirkan figur yang betul-betul sesuai harapan rakyat.
Nah, ketika dihadapkan dalam dilema ini, rakyat dituntut cerdas untuk menentukan sikap. Apakah akan melahirkan pemimpin yang memang layak dipilih atau hanya mencari peminpin dengan menggadaikan idealiamenya dengan iming-iming materi maupun janji-janji busuk yang sebenarnya tidak akan pernah dipenuhi.
Karena sudah menjadi tradisi di negeri ini, setiap momentum pesta demokrasi semuanya di pasarkan dan dijual dengan berbagai kemasan yang bagus, padahal isinya sangat busuk. Masyarakat yang bodoh semakin dibodohi, dan kebodohan itu kemudian ditularkan ke masyarakat yang lainnya, sehingga menenggelamkan figur yang memang seharusnya layak dipilih.
Yang lebih aneh lagi, calon yang tidak layak menjadi pemimpin, tetapi karena ada sesuatu di depan mata, ditambah lagi dengan janji manis, semakin tambah semangat untuk mengubur figur yang betul-betul visioner, tanpa berfikir jangka panjang terhadap dampaknya di kemudian hari.
Padahal jabatan kekuasaan selama lima tahun itu sangat berpengaruh besar terhadap arah dan tujuan pembangunan, yang ujungnya kembali kepada nasib rakyat itu sendiri.
Oleh karena itu, peran semua pihak termasuk masyarakat yang paham tentang alur perpolitikan di negeri ini dituntut untuk ikut andil mengajak masyarakat lebih cerdas.
Tidak termakan dengan iming-iming maupun opini yang sesat. Karena menjelang momentum pesta demokrasi segala cara akan dilakukan demi meraih sebuah kepentingannya. Yang tentunya dalam hal ini, peran penguasa, pengusaha dan pihak yang berkepentingan lainnya sangat besar perannya dalam proses pesta demokrasi pada tahun 2018 ini.
Jadi di tangan rakyat-lah penentuan nasibnya lima tahun kedepan. Salah memilih pemimpin maka sudah pasti akan bernasib buruk oleh ulahnya sendiri.
Wallahu a’lam bissowab. (*/Red)
Comment