Oleh :Ria Dhotul Ilmiah
Mahasiswa Politeknik Statistika STIS
Sektor pertanian Indonesia semakin Berjaya di bulan Agustus. Nilai ekspor Indonesia dari sektor pertanian sebesar US$0,34 miliar. Perubahan ini tercatat positif, month to month sebesat 7,7 persen dan year on year naik 12 persen. Struktur ekspor menurut sektor dari pertanian pada bulan Agustus 2019 menyumbang 2,37 persen. Salah satu komoditas yang berkontribusi dalam kenaikan nilai ekspor ini adalah hasil ikan.
Pemerintah melalui Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus melakukan upaya untuk memaksimalkan potensi kelautan Indonesia. Akselerasi dari hasil usaha perikanan ini dilakukan dengan berbagai cara, misalnya pemberantasan Illegal, Unreported, and Unregulated (IUU) Fishing.
Beberapa tahun belakangan, laut Indonesia memang jadi perbincangan dengan adanya beberapa kali penenggelaman kapal asing yang menangkap ikan di perairan Indonesia. Pemberantasan penangkapan ikan illegal secara ekstrim ini diharapkan mampu memberikan efek takut sekaligus jera kepada semua nelayan asing yang ingin mencuri ikan di Inodesia.
Sejak tahun 2014 hingga saat ini tercatat KKP sudah menenggelamkan sekitar 603 kapal pencuri ikan. Bahkan semester I 2019, KKP telah berhasil menangkap 67 kapal pencuri ikan. Kebijakan ini berdapak pada peningkatan stok ikan nasional. Selain itu dampak positif juga dirasakan nelayan. Penangkapan kapal ikan asing (KIA) membuat nelayan jarang melihat kapal asing yang berlalu lalang di perairan Indonesia.
Keberhasilan pemerintah dalam peningkatan produksi ikan nasional tergambar pada surplus neraca perdagangan hasil perikanan semester 1 2019 yang meningkat 11,9% menjadi 395 ribu ton dibangdingkan dengan semester1 2018 yang hanya sebesar 353 ribu ton. Sulplus tersebut didorong oleh peningkatan ekspor sebesar 3,5 persen dari 510 ribu ton menjadi 528 ribu ton. Ekspor perikanan tangkap ikan segar atau dingin dalam semester 1 tahun ini naik 14,27% menjadi US$ 58,1 juta. Demikian pula ekspor kepiting naik 1,4 persen menjadi US$ 27,8 juta dari sebelumnya.
Sementara menurut kajian Komisi nasional Pengkajian Stok Ikan (Kajiskan), Maximum Sustainable Yield (MSY) perikanan Indonesia menunjukkan peningkatan signifikan yaitu dari 7,3 juta ton pada 2015 menjadi 12,54 ton pada 2017, atau meningkat 71,78 persen. Pemimhkatan stok ikan ini juga diikuti kenaikan jumlah dan nilai produksi perikanan tangkap. Produksi perikanan tangkap meningkat dari 6,67 juta ton senilai Rp 120,6 triliun pada 2015 menjadi 7,3 juta ton dengan nilai Rp 210,7 triliun pada 2018.
Adapun hasil perikanan yang diekspor di antaranya, nila , bayi gurita, udang , sotong, cumi-cumi, kakap dan tuna. Produk tersebut dikirimkan ke 21 negara , yaitu Amerika serikat, Uni Eropa, China , Spanyol, Singapura, Sri lanka, Hong Kong, Jepang, Korea, Thailand, Vietnam, Austria, Malaysia, Perancis, Puerto Riko, Italia, Belanda, Australia, Inggris Denmark, dan Yunani.
Konsistensi Pemerintah dalam pemberantasan illegal fishing ini terus digencarkan. Pada akhir bulan September, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti bersama Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Kelautan, Peter Thomson, memprakarsai ASEAN-South Pacific Maritime Dialogue on IUU Fishing . Menurut Susi terdapat tiga hal utama yang menjadi perhatian dalam peningkatan pemberantasan IUU Fishing antar negara. Yang pertama, persamaan preseps bahwa IUU Fishing merupakan ancaman yang serius terhadap kesehatan laut dan perekonomian suatu negara. Kedua, pentingnya system yang transparan serta pertukaran informasi yang akurat dan mutakhir. Ketiga, perlunya membangun forum untuk berbagi pengalaman dan keahlian untuk mewujudkan penegakan hokum terhadap IUU Fishing yang efektif
“Kalau kita antar negara saling berbagi data tentang lalu lintas kapal dan memantaunya secara bersama-sama, praktik IUU Fishing lintas-batas pun pasti dapat lebih mudah diawasi dan ditekan,” ucap Susi seperti dikutip dari keterangan pers KKP.
Selain itu juga, KKP juga terus mendorong produksi kelautan Indonesia dengan mengembangkan Sentra Kelautan dan Perikanan terpadu di 17 pesisir di Indonesia, diantaranya Sabang, Natuna, Nunukan, Moa, Tahuna, Talaud, Morotai, Simeuleu, Mentawai, Sumba Timur, Rote Ndao, Saumlaki, Tual, Mimika, Merauke, Sarmi dan Biak Numfor. Infrastrukturpun pendukung pun telah dibangun untuk melaksanakan program ini, seperti kapal dan alat penangkapan ikan, gudang rumput laut, dermaga apung, alat budidaya dan integrated cold storage yang telah menghabiskan anggaran negara sebesar 620,4 miliyar.
Kejayaan kelautan dan perikanan Indonesia harus terus diperjuangkan mengingat Indonesia merupakan negara agraris yang sarat akan kekayaaan lautnya. Peran dari Pemerintah bersama-sama dengan masyarakat tentu perlu terus ditingkatkan agar dunia bisa menikmati lezatnya ikan Indonesia. (*)
Comment