JEMBER, (News Indonesia) – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pemkab Jember menggelar Festival Daur Ulang Sampah yang dimulai selama 5 hari sejak 14-18 Februari 2022. Festival yang dilaksanakan di TPA Pakusari itu diikuti oleh ratusan relawan peduli sampah.
Bupati Hendy Siswanto usai membuka Festival Daur Ulang Sampah mengucapkan terimakasih dan apresiasinya kepada DLH atas inovasi dan temuannya yang dinilai sebagai satu upaya penyelesaian persoalan sampah di Jember.
“Ini sangat luar biasa, saya sangat mencintai teman-teman ini dengan jiwa sosialnya menyelesaikan permasalahan sampah yang ada di Kabupaten Jember, yang setiap harinya ada 800 ton sampah yang diproduksi,” ucapnya.
Keberadaan sampah, kata Hendy, yang sering dianggap kotor menjijikkan kini bisa bernilai ekonomi setelah dikelola dengan baik.
“Kita sudah punya macam-macam teori ilmu tentang sampah, mereka bisa menyulap sampah yang awalnya menjijikkan menjadi sampah yang menjanjikan, sampah tidak produktif menjadi produktif dan menjadi berkah disitu,” kata bupati.
Adanya peluang ekonomi dari pendaur ulangan sampah tidak luput dari penilaian bupati. Dia menyatakan, Pemkab akan mensupport apa yang dibutuhkan relawan DLH untuk menjadikan sampah lebih bermanfaat karena juga bisa menciptakan peluang kerja.
“Kami melihat ada beberapa produk yang bisa dihasilkan dari festival daur ulang sampah ini. Mulai dari kerajinan tangan, gas metan, dan juga Maggot. Tentu untuk menjadikan ini semua dibutuhkan peralatan, Pemkab akan mensupport apa yang dibutuhkan teman-teman DLH dan para relawan ini,” ujarnya.
Gas metan yang dihasilkan dari daur ulang sampah menurut bupati, hasilnya sudah nampak bisa digunakan sebagai bahan bakar namun, untuk kelayakan di tengah masyarakat masih harus diperlukan uji laboratorium.
“Ini sama halnya dengan briket, ada yang untuk bahan bakar pabrik tapi tidak layak untuk bahan bakar memasak. Untuk Magot, nanti Pemkab akan membantu dengan cara menggandeng komunitas pecinta ikan cupang atau ikan koi. Di Jember sebenarnya sudah ada komunitasnya, tinggal kita kemas dengan berbagai festival sehingga bisa mendongkrak penjualan Magot,” urai Bupati Hendy.
Untuk diketahui, Magot merupakan belatung dari sampah yang digunakan untuk pakan ikan cupang atau ikan koi. Sekitar 100 kilogram maggot BSF dapat mengurai 1 ton sampah organik hanya dalam waktu singkat yakni 1×24 jam. Harga jual fresh maggot perkilonya berada dalam kisaran 5000-6000 rupiah. (*)
Comment