JEMBER, (News Indonesia) — Pemkab Jember menggelar wayang kulit sebagai ungkapan rasa syukur dalam menyambut Tahun Baru Islam atau yang dikenal dengan istilah 1 Suro, bertempat di Alun-alun Jember. Minggu (01/09/2019).
Dalam pagelaran ini, Pemkab Jember menghadirkan dalang lokal, Ki Andi Ferry Bisono, sinden kondang Mbak Wiwit Diqin dan dalang remaja Bayu Marisko Putro yang saat ini masih duduk di kelas 1 SMA 1 Kencong.
Dengan membawakan lakon Amarto Binangun, Ki dalang bekerjasama dengan Paguyuban Wayang Kulit Dewa Budaya dari Kecamatan Semboro.
Salah satu dalang muda yang tampil, yakni Bayu Marisko Putro, adalah juara dalang cilik untuk tingkat Provinsi Jawa Timur tahun 2019.
Bayu Marisko sendiri membawakan kisah perjuangan panjang Pandawa dalam membangun sebuah kerajaan/negara yang penuh liku-liku dan pengorbanan.
Cerita Amarta Binangun atau Puntodewo Wisudo, adalah kisah dimana Pandawa membangun kerajaan Amartga sepeninggal ayah mereka Prabu Pandu Dewanata. Pandawa menuntut hak mereka kepada penguasa Astina, Prabu Destharata, yang kemudian mengijinkan kepada Pandhawa untuk terlebih dahulu membuka hutan atau mbabad alas Wismartha.
Usaha membuka huta ini tidaklah mudah. Pandhawa diuji dengan berbagai cobaan, baik dari pihak luar ataupun konflik diantara mereka sendiri. Namun akhirnya karena kegigihan dan usaha yang keras, mereka berhasil membangun kerajaan Amartha sesuai harapan.
Bupati Jember dr. Hj. Faida, yang dalam hal ini diwakili oleh Kepala Bakesbangpol Jember, Drs. Bambang Haryono, berharap generasi muda dapat terus melestarikan kebudayaan Indonesia.
Dalam sambutannya, Bambang menyampaikan pesan dari Bupati yang menyatakan pagelaran wayang kulit kali ini menjadi sebuah kesinambungan dan transfer kepiawaian segala aspek pagelaran wayang dari dalang sepuh kepada dalang remaja.
“Kegiatan ini adalah salah satu upaya untuk melestarikan budaya asli Indonesia di tengah mengalirnya budaya asing atau globalisasi, mengenalkan dan menanamkan budaya daerah kepada masyarakat, khususnya generasi muda,” ungkap Bambang.
Pendekatan dan metode yang digunakan menyesuaikan dengan generasi muda, sehingga generasi muda akan tetap mencintai, memelihara, dan membudayakan seni budaya Indonesia
“Kebudayaan Indonesia memang beragam. Salah satunya adalah wayang kulit. Pagelaran ini dapat memotivasi generasi muda untuk sungguh-sungguh menyayangi budaya daerah, hingga kebudayaan Indonesia akan tetap terjaga,” sambungnya.
Dengan pementasan ini, ada banyak hal yang bisa didapat selain dari seni dan hiburan. Diantaranya adalah makna cerita yang bisa memberikan inspirasi bagi semua masyarakat, bahwa tujuan baik akan bisa dicapai bila dilandasi dengan tekad dan semangat yang tinggi serta persatuan dan kesatuan yang kuat. [hakam/faid]
Comment