Penjualan Tembakau di Klaten Kendor, Stok 500 Ton Tak Terjual

KLATEN, (News Indonesia) – Direktur Utama (Dirut) PTPN X Kebun Klaten, Ir. H. Dwi Satriyo Annurogo mengakui bahwa tahun lalu mengalami permasalahan di penjualan tembakau yang lemah. Hal itu disebabkan oleh pembeli (buyer) yang sedikit, akibatnya menyisakan stok sekitar 500 ton tembakau yang tidak terjual.

“Jadi untuk sisa stok, kita dulu itu produksi kita berlebih (tahun lalu) sementara penjualan menurun, hal itu dikarenakan kami hanya mengandalkan beberapa traditional buyer, pembelinya itu-itu saja,” kata Dirut PTPN X, Dwi Satriyo usai acara Petik dan Doa Bersama Tembakau Bawah Naungan (TBN) Vorstenlanden, Jumat (13/7/2018).

Selain tembakau yang tidak terjual tahun lalu, Dirut juga mengakui bahwa pembayaran upah para buruh mengalami keterlambatan pembayaran.

“Tahun lalu itu kami ada sedikit permasalahan di pengaturan cash flow karena dampak dari tahun-tahun sebelumnya, kami tahun 2016 rugi banyak waktu itu, tahun 2017 alhamdulillah berkat konsolidasi PTPN X itu mendapat keuntungan 64,7 milyar dibanding tahun 2016 kan rugi 152 milyar,” jelasnya.

Baca Juga: Ujian Profesi Advokat PERADI Jember, Tingkat Kelulusan Capai 90 Persen 

Berkaca pada tahun lalu itulah, PTPN X Kebun Klaten berusaha memperbaiki keadaan dengan mengikuti berbagai pameran baik dalam maupun luar negeri, sehingga menghasilkan beberapa buyer baru bagi Kebun Klaten sendiri, sehingga hal ini menjadi semangat bagi perbaikan untuk target tahun ini.

Tahun ini, Kebun Klaten menggarap lahan seluas 125 Ha, menurun dari tahun lalu seluas 200 Ha dimana target produksi 1850 kg kering per Ha. “Tahun ini untuk kualitas meningkat, untuk tanam kami tepat waktu, pupuk tersedia bagus, pertumbuhan sampai petik dipengaruhi oleh kondisi alam, tahun ini Alhamdulillah cuaca mendukung dan hama terkendali, dan Alhamdulillah 2/3 perjalanan sudah terlampaui dengan baik bahkan lebih baik dari tahun sebelumnya,” imbuhnya.

Ir. Dwi Satriyo optimis dengan keadaan ini, pihak PTPN X Kebun Klaten optimis kualitas produksi lebih baik dari tahun sebelumnya.

Sementara itu, Komisaris Utama PTPN X, Prof. Dr. Ir. H. Rudi Wibowo, MS menerangkan bahwa untuk mendukung optimalisasi, pihaknya melakukan beberapa efisiensi biaya produksi.

“Kita memanfaatkan efisiensi dari pengadaan barang, dimana dengan adanya cost cutting yang sebelumnya biayanya Rp. 550 juta perhektar, sekarang kita rencanakan seefisien mungkin menjadi Rp. 387 juta per hektar,” terang Prof. Rudi mengenai target efisiensi biaya produksi.

Penurunan lahan garapan dari 200 Ha tahun lalu sedangkan tahun ini 125 Ha, menurut Prof. Rudi untuk mengoptimalkan target laba yang diinginkan. Untuk target laba yang ditargetkan tahun ini sebesar Rp. 2,2 milyar per Ha. (Rahmat/Jie)

Comment