Deteksi Dini Munculnya Kanker Payudara, Kepala Dinkes Jember Imbau Periksa Rutin Setiap Bulan

Foto: Kepala Dinas Kesehatan Jember Lilik Lailiyah (kanan) saat sosialisasi membangun kesadaran bahaya kanker pada anak.

Foto: Kepala Dinas Kesehatan Jember Lilik Lailiyah (kanan) saat sosialisasi membangun kesadaran bahaya kanker pada anak.

JEMBER, (News Indonesia) – Prana, Koordinator Komunitas Penyintas dan Pejuang Kanker Payudara wilayah Jember dalam forum “Membangun Kesadaran Bahaya Kanker Pada Anak, Upaya Pencegahan dan Penanganan” menceritakan perjuangannya menghadapi kanker payudara di tahun 2016.

Di depan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jember, wanita ini mengatakan, awalnya terdapat benjolan sangat kecil di atas payudaranya sebelah kanan. Penasaran dengan hal itu, ia mendatangi Puskesmas setempat untuk memeriksa lebih lanjut.

“Karena saya mengandalkan BPJS Kesehatan jadi saya ke Puskemas mau minta rujukan untuk screening ke RS. Saya diperiksa sama dokter Puskesmas. Dilihat diraba dan bilangnya, “bu ini bukan apa-apa, sudah tidak usah rujukan tidak usah ke RS, pulang nanti sembuh”. Jadi saya pulang cuma dikasih vitamin,” ucapnya dalam forum yang diinisiasi oleh Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur dari Fraksi PDIP Hari Putri Lestari.

Setahun berlalu, alih-alih menghilang benjolan tersebut justru semakin membesar. Prana sedikit menyesalkan, upayanya mendeteksi dini penyebab benjolan itu pupus lantaran dokter menyatakan bukan suatu masalah yang besar.

Dikonfirmasi media ini, apakah dokter Puskesmas memiliki kualifikasi untuk mendiagnosa kanker? Kepala Dinkes Jember Lilik Lailiyah menyatakan, dokter Puskesmas sudah dibekali untuk bisa mendeteksi suatu penyakit.

“Bilangnya kan masih sebesar biji, itu memang perlu pemeriksaan lebih lanjut. Yang harus kita gencarkan adalah sadari pemeriksaan payudara sendiri. Mungkin pada saat itu masih kecil benjolan itu belum bisa kita mengatakan itu (kanker) ya, kita tidak tahu prosesnya di Puskesmas itu bagaimana. Intinya, dokternya sudah kami bekali, namun untuk kejelian ya masing-masing. Saya kira kalau masih sekecil kacang ijo, ya dokter ragu-ragu dan untuk menetapkan itu kanker ada penilaian tersendiri terlebih terhadap psikis pasien, jadi harus hati-hati,” ujarnya.

Lilik mengimbau, jika ditemukan kejadian serupa untuk meminimalisir hendaknya memeriksakan hal tersebut ke fasilitas kesehatan secara rutin.

“Paling tidak setiap bulan kita adakan periksa payudara sendiri, atau ‘sadari’. Kenapa kita bilang ‘sadari’, biar sadar memeriksa payudara sendiri baik pas menjelang atau sesudah menstruasi. Seperti (kasus) tadi, dari sekecil kacang ijo kok makin hari makin besar jadi tidak harus menunggu satu tahun untuk melakukan pemeriksaan payudara rutin,” tandasnya. (*)

Comment