Potret Kehidupan Bukit Sampah, DLH Sumenep Terkesan Ada Pembiaran

SUMENEP, (News Indonesia) – Sekumpulan pemuda yang mengatasnamakan Lingkar Intelektual Mahasiswa (LIMA) Sumenep lakukan audiensi kekantor Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Kamis (18/01/2018).

Dalam aundiensi itu, LIMA membawa judul mengenai potret kehidupan dibalik bukit sampah yang berserakan dan tak terurus, sehingga mengeluarkan aroma kurang sedap. Salah satunya di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Jl. Dr. Wahidin.

TPS tersebut membawa pengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat seperti penurunan kualitas kesehatan, adanya ancaman overcapacity seiring dengan pertambahan penduduk dan lahan TPS yang tidak bertambah. Serta, masalah kesehatan diakui sebagai masalah yang krusial.

Sofyan Mahatma, selaku koordinator Lingkar Intelektual Mahasiswa (LIMA) mengatakan bahwa pihaknya sangat kecewa melihat kinerja DLH yang tidak melihat kondisi kabupaten sumenep yang mulai kumuh akibat tumpukan sampah.

“Kabupaten Sumenep yang mempunyai julukan kabupaten pariwisata. Tapi nyatanya hal itu tidak sesuai dengan adanya sampah yang bertumpuk dan berserakan dimana-mana,” tuturnya. Kamis (18/1/18) pagi.

Menurut Sofyan, DLH kabupaten Sumenep seakan acuh tak acuh dan terkesan ada pembiaran, serta tidak adanya upaya untuk mencari solusi dalam mengatasi kebersihan kota.

Baca Juga: Dugaan ‘Titipan’ Rekrutmen Panwascam Sumenep, Akhirnya Disidang di Bawaslu Jatim 

“Saat kita menanyakan tentang solusi untuk mengatasi tumpukan sampah yang mengganggu aktifitas masyarakat, DLH malah beralibi masih mencari lahan untuk TPS. Lalu, selama ini kemana saja,” singkatnya.

Ditemat yang sama, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sumenep, M. Syahrial mengakui dengan adanya penumpukan sampah yang ada dibeberapa titik di lingkup wilayahnya itu. Namun, dikatakannya sudah ada upaya-upaya untuk meminimalisir terjadinya tumpukan sampah.

“Memang kita ada upaya untuk pemindahan, namun masih mencari lahan yang juga bisa disetujui masyarakat,” ungkap M. Syahrial.

Sementara dalam jangka pendek ini, lanjut M. Syahrial, hanya dengan memperbaiki dan menambah frekuensi pengangkutan sampah-sampah itu.

“Salah satu upaya yang kita lakukan, yakni menambah pengangkutan sampah tersebut, dari biasanya sekali menjadi dua kali dalam sehari,” (Sya/Jie)

Comment