SUMENEP, (News Indonesia) – Kesuksesan RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep, Madura, dalam memberikan pelayanan terbaik untuk pasien tak lepas dari peran semua pihak, utamanya para perawat mulai dari yang muda-muda hingga keberadaan perawat senior.
Perawat sebagai garda terdepan memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, meski acap kali mendapatkan komplain, dari hal remeh-temeh hingga persoalan yang dianggap cukup serius, namun dengan niat kaut untuk menghadirkan pelayanan terbaik bagi masyarakat, semua cibiran dijadikan pelecut semangat untuk terus konsisten melayani.
Dalam rangka memperingati hari perawat nasional ke 47 tahun, kanal YouTube resmi RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep, mengenalkan kepada publik para perawat lintas generasi yang selama ini tulus mengabdi untuk mempersembahkan pelayanan terbaik bagi warga Sumenep.
Sosok pertama yang dihadirkan adalah Eko Prasetya Apriliyandani, perawat profesional nan tangguh ini mengawali karis di RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep pada tahun 2017. Di tahun 2021 ia berhasil menyandang predikat perawat profesional nan tangguh pilihan pemirsa Puspa Chanel.
Di usia yang masih tergolong muda, dalam kesehariannya, Pras-biasa ia dipanggil, bertugas di ruang perawatan anak.
“Secara umum, kompetensi dan tugas perawat di rumah sakit itu terbagi menjadi empat, mulai dari PK1 hingga PK4. Kebetulan saya dapat tugas di ruang anak sebagai PK1 yaitu sebagai perawat associate, pada dasarnya tugasnya pemenuhan kebutuhan dasar manusia,” tuturnya.
“Seperti melakukan pengkajian pada pasien baru, kemudian menentukan diagnosa perawatan yang prioritas apa saja, serta rencana-rencana implementasi yang akan dilakukan,” imbuhnya, dalam sesi wawancara eksklusif yang dipandu host Herman Wahyudi.
Berbicara peran perawat sendiri, lanjut Pras, selain menjamin kebutuhan dasar hidup pasien, perawat juga berperan sebagai advokat, yang dimaksud adalah dapat menjaga dan melindungi hak-hak pasien.
Termasuk, lanjut dia, juga dapat bertindak sebagai edukator guna memberikan edukasi terhadap pasien dan keluarganya agar faham mengenai penyakit, pengobatan serta perawatan pasca pulang dari rumah sakit.
“Selain yang saya sebutkan itu, peran lain yang juga perlu dimiliki perawat adalah sebagai kolaborator, di sini peran kita sangat penting karena dalam menangani pasien kita bekerja tim (tiem work), ada dokter, ada ahli gizi, ahli laborat. Kita tidak bisa bekerja sendiri,” papar perawat milenial ini.
Perawat lain yang juga didapuk sebagai perawat inspiratif, adalah perawan senior asal poli saraf, yakni Sumiati Amd.Kep, kelahiran Sumenep 25 Nopember 1968. Ibu Sumi memulai karir di RSUD milik pemerintah ini sejak tahun 1988.
Tak dinyana, sosok perawat senior yang disegani dan dikagumi ini awal mula masuk di sekolah keperawatan hanya berbekal kagum terhadap seragam kebanggaan yang dikenakan.
“Saya masuk ke SPK karena kagum sama bajunya, baju putih terus ada topi di kepala warna putih juga, kan warna putih itu melambangkan suci ya, selain itu ya karena motivasi masa depan,” tuturnya.
Selama mengabdi 30 tahun lebih di RSUD Moh. Anwar, tentu saja ibu Sumi sudah banyak menikmati asam garam kehidupan khususnya prihal dunia keperawatan, termasuk saat menjumpai beragam karakter pasien.
“Seorang perawat harus serba bisa termasuk melayani dengan karakter berbeda sekalipun, kita harus bisa memberikan pelayanan tanpa melihat perbedaan itu,” sebutnya.
Di segmen lain, profil perawat profesional yang juga menjadi pilihan berdasarkan poling internal rumah sakit maupun luar, yaitu Munawar, ia lahir di Sumenep 5 Maret 1982 yang mengawali pengabdiannya di RSUD Moh. Anwar Sumenep sebagai tenaga PHL tahun 2005 silam. Tiga tahun kemudian, tepatnya 2008 ia diangkat sebagai PNS.
Sosok Munawar ternyata satu dari sejumlah perawat di RSUD Sumenep yang ditunjuk untuk menangani pasien covid-19, bahkan menjabat sebagai kepala instalasi covid-19 2 RSUD setempat.
“Kekhawatiran pasti ada saat ditunjuk menjadi perawat pasien covid-19, namun ketika kita ingat terhadap sumpah profesi yang sudah diucapkan ketika sudah memutuskan menjadi seorang perawat, maka rasa khawatir tidak ada lagi, intinya harus ikhlas dalam memberikan pelayanan,” tuturnya.
Sosok inspiratif selanjutnya yang juga dihadirkan adalah perawat cantik yang pernah bercita-cita menjadi pramugari, namun karena motivasi orang tua akhirnya berlabuh ke dunia keperawatan. Dia adalah Maria Ulfa Puspitasari.
“Pengennya sih dulu jadi pramugari. Diawali motivasi orang tua, akhirnya saya kuliah keperawatan di Surabaya. Nah di kampus inilah menjadi cikal bakal saya mulai menyukai dunia keperawatan. Salah satunya perawat itu harus cantik luar dalam, khususnya dalam melayani pasien,” sebutnya.
Vita biasa ia disapa, kesehariannya di rumah sakit pelat merah ini menjadi salah satu perawat yang menangani pasien terkonfirmasi covid-19. APD memadai, termasuk fasilitas ruangan sesuai standard menjadi modal sampai hari ini dia dan sejumlah rekan yang lain aman dari paparan covid-19 kendati menjadi teman setiap hari.
“Yang terpenting kan kita mematuhi protokol kesehatan, SOP kita taati, insya Allah lewat ikhtiar dan doa kita aman,” tuturnya.
Perawat itu harus cantik, termasuk tampil cantik luar dalam, tips itu akan menjadi pemacu tersendiri setiap memberikan pelayanan terhadap pasien, khususnya bagi dirinya.
“Yang kita hadapi kan orang sakit, ketika sakit fisik tidak menutup kemungkinan akan berpengaruh terhadap kejiwaannya. Untuk itu penampilan yang rapi kemudian cantik akhlaknya, akan membantu menurunkan stres pasien,” kata dia.
Di penghujung dialog, Vita juga berpesan kepada masyarakat agar menjaga pola hidup sehat, terutama di masa pandemi ini protokol kesehatan menjadi kunci utama.
“Menjaga pola hidup sehat, menerapkan 5 M, pola makan juga dijaga, istirahat cukup dan rajin berolahraga. Itu pesan saya,” tandasnya. (*)
Comment