Rayakan Tellasan Topak 1442 H, Bupati Sumenep Sapa Warga Secara Virtual

Foto: Bupati Sumenep, Achmad Fauzi, bersama jajaran Forkopimda, saat menggelar lebaran ketupat 1442 H, secara virtual lewat zoom meeting.

Foto: Bupati Sumenep, Achmad Fauzi, bersama jajaran Forkopimda, saat menggelar lebaran ketupat 1442 H, secara virtual lewat zoom meeting.

SUMENEP, (News Indonesia) – Bupati Sumenep, Achmad Fauzi, dan Wakilnya Hj. Dewi Khalifah tetap bersilaturahim bersama masyarakat pada hari Raya Ketupat 1442 Hijriah, di tengah kondisi wabah Corona Virus Disease (Covid-19).

Hanya saja, Bupati dalam merayakan lebaran ketupat tahun ini tidak bertemu secara fisik dengan masyarakat, tetapi kegiatannya dilaksanakan secara virtual zoom atau video conference (vidcon) dari Rumah Dinas Bupati, Kamis (20/05/2021).

“Saat ini, suasana lebaran masih di tengah wabah COVID-19, sehingga untuk menjalin silaturahim memanfaatkan teknologi melalui vidcom agar bisa bertatap muka dengan masyarakat,” kata Bupati di sela-sela acara Tellasan Topak Asareng Bupati.

Bupati Sumenep, Achmad Fauzi memulai obrolan santai dengan pengantar tradisi lebaran ketupat yang biasa dilakukan masyarakat ujung timur pulau Madura, tradisi dan budaya leluhur yang digelar setiap tahun, tepatnya seminggu setelah lebaran Idul Fitri yang telah menjadi kebiasaan umut islam di Madura, Jawa hingga nusantara.

“Pelaksanaan tellasan topak atau disebut juga tellasan terater (berbagi atau memberi kepada sesama:Madura) menjadi tradisi kita warga Sumenep dan Madura bahkan Jawa dan Nusantara. Kita biasa memperingati dengan membuat ketupat lengkap dengan opor ayam untuk dihantarkan ke masjid-masjid maupun musala, warga terdekat diundang untuk menikmati santap ketupat bersama, ini cara warga Sumenep berbagi dengan sesama,” tutur Fauzi.

Ketupat sebagai konsep dakwah, kata Fauzi, orang yang telah tuntas melaksanan puasa ramadan kemudian melakukan sing papat, yakni membayar zakat fitrah, membaca takbir, sholat Idul Fitri dan bersilaturrahim, telah diterjemahkan sebagai konsep penyederhanaan pemahaman ajaran islam.

“Dulu waktu kita masih kecil, orang tua kita mengajak kita bersama-sama menganyam ketupat, mengisi beras dalam wadah ketupat, itu menjadi satu pembelajaran tradisi yang harus terus dilestarikan, agar di era modernisasi tradisi leluhur kita tidak terkikis, begitu cara orang tua kita mengajarkan, termasuk memasukkan pesan moral untuk terus merawat tradisi yang ada,” paparnya.

Dalam perkembangannya, lanjut Faizi, perayaan lebaran ketupat atau kupatan mengalami perubahan sesuai perkembangan zaman, bahkan juga dilaksanakan di sejumlah objek wisata, menikmati hidangan khas ketupat sambil berlibur bersama keluarga.

“Seiring perkembangan zaman, perayaan tellasan topak banyak dilaksanakan di sejumlah objek wisata, baik di pantai Slopeng, Pantai Lombang maupun objek wisata lainnya, makan di sana sambil merayakan tellasan topak bersama keluarga, bahkan ada yang sampai menyewa mobil,” sebut politisi muda PDI Perjuangan Sumenep ini.

Di masa pandemi Covid-19, lebaran Idul Fitri maupun lebaran ketupat pun dirasa berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Sehingga Pemerintah Daerah yang secara rutin melaksanakan di sejumlah tempat wisata harus ditiadakan, karena faktor kesehatan dan upaya memutus mata rantai penyebaran virus asal wuhan China tersebut menjadi pertimbangan utama.

“Pelaksanaan tellasan topak tahun ini dirayakan secara berbeda oleh masyarakat maupun pemerintah daerah, karena aturan dan edaran-edaran yang menegaskan larangan berkerumun harus dipatuhi secara bersama-sama,” imbuhnya.

Dalam perayaan lebaran ketupat tahun ini diimbau untuk melaksanakan di rumah saja, kendati dilaksanakan di luar rumah, maka protokol kesehatan yang telah menjadi anjuran pemerintah hendaknya dipatuhi demi mengantisipasi penyebaran penularan Covid-19.

Bagi pengelola tempat wisata yang diizinkan untuk membuka wisatanya karena dinilai mampu menerapkan protokol kesehatan, maka standar prokes yang disepakati hendaknya benar-benar diperketat dengan menyediakan fasilitas cuci tangan, hand sanitizer, serta menunjuk petugas pengurai kerumunan massa.

“Itu penting agar wisatawan yang datang terpantau dan tidak berkerumun. Termasuk untuk Kepala Dinas Kesehatan saya perintahkan untuk menyediakan fasilitas pertolongan pertama seperti ambulans dan tenaga kesehatan di setiap titik tempat rekreasi yang ada di Sumenep,” tandasnya. (*)

Comment