“Kita wajib mempertahankan nilai etika dan moral sebagai produk utama dalam pendidikan pesantren,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Madrasah Ibtidaiyah, Halik menyampaikan, santri sama dengan siswa, sama-sama memiliki tanggungjawab, utamanya dalam menegakkan nilai kemanusiaan.
“Saya cukup prihatin dengan kondisi pendidikan saat ini, kita dituntut untuk mengajar dengan baik, akan tetapi terkadang masih ada orang tua yang melaporkan guru gara-gara menjewer anaknya,” ungkapnya.
Ia menambahkan, minimnya kesadaran patuh kepada guru, akan menggerogoti transfer of habit, untuk itu penanaman nilai etika dalam ilmu psikologi pendidikan sangat diperlukan.
“Kalau santri/siswa tidak diajarkan disiplin dan patuh kepada guru, maka dapat dipastikan, ke depan spirit keilmuannya akan berbanding terbalik dengan akhlaqul karimahnya,” ujar mantan aktivis PMII ini.
Turut hadir dalam acara ini, penceramah KH. Kamalil Ersyad, menyampaikan tentang peran santri dalam menjaga keutuhan NKRI berikut jasa dan perjuangannya mengusir penjajah dari negeri.
“Peristiwa sejarah dalam melepaskan diri dari kolonialisme tidak lepas dari peran penting santri, oleh karena itu kita wajib menjaga keutuhan NKRI dengan belajar dan mengabdi kepada lembaga pendidikan,” sebut mantan anggota DPRD Kabupaten Sumenep ini.
Peringatan HSN ini ditutup dengan acara istighasah bersama di masjid setempat, dengan harapan dapat menjadikan “Santri Indonesia untuk Perdamaian Dunia”. [kid/faid]
Comment