JEMBER, (News Indonesia) – Pemerintah Kecamatan Sumbersari telah mengadakan Rembuk Stunting dengan melibatkan sejumlah pihak diantaranya kelurahan dan Puskesmas setempat.
Rembuk stunting dilakukan untuk membangun komitmen bersama antar lintas sektor untuk merumuskan strategi dalam percepatan penurunan stunting di Sumbersari.
Camat Sumbersari Regar Jeane mengatakan, rembuk stunting dilakukan menindaklanjuti petunjuk Bupati Hendy Siswanto. Dalam berbagai momen Bupati getol mengungkit masalah stunting yang disebutnya perlu kolaborasi antara semua pihak dalam penanganan.
“Kita inventarisir persoalan dan kendal yang ada rencana tindak lanjutnya dalam penurunan stunting,” ujar Regar.
Baca Juga: Tegal Gede Wakili Jember di Lomba Kelurahan Cinta Statistik Tingkat Nasional
Di Sumbersari tercatat ada 241 anak penderita stunting. Camat memerintahkan kelurahan dan puskesmas untuk melakukan identifikasi karena penyebab setiap anak memiliki latar belakang berbeda.
“Jadi diidentifikasi mana balita stunting yang karena persoalan gizi dan nutrisi kemudian mana yang karena persoalan pola asuh dan persoalan penyakit penyerta dan soal ekonomi. Nah untuk yang masuk kategori persoalan gizi dan ekonomi kita backup dari kecamatan,” imbuhnya.
Sebanyak 10 anak stunting di setiap kelurahan akan mendapatkan support bantuan dari kecamatan dengan masa intervensi 90 hari berupa makan siang bergizi.
Regar menyadari, tidak semua anak penderita stunting penyebabnya hanya karena masalah ekonomi. Tidak jarang ditemui, keluarga anak stunting berasal dari keluarga mampu, sehingga masalah pola asuh jadi satu faktor penyebab.
“Khusus persoalan pola asuh itu butuh pendampingan, kita punya tim mulai kader posyandu dan RT RW ini yang kita minta untuk memberikan pencerahan kepada keluarga tentang pola asuh yang baik,” urainya.
Terkait masalah anggaran, Regar mengaku kecamatan dan kelurahan memiliki dana yang terbatas bahkan bisa dikatakan tidak cukup. Dari 241 anak stunting di Sumbersari, pihak kecamatan hanya mengalokasikan untuk 70 anak yang tersebar di setiap kelurahan. Dari kalkulasi yang dilakukan, selama 90 hari assesment tiap anak membutuhkan anggaran Rp 2 juta.
Untuk itu, Regar mengajak semua pihak mulai kecamatan ke bawah untuk bersinergi menangani stunting di balik anggaran yang minim. Ia juga membuka diri dan mengajak para pengusaha dan pihak swasta yang peduli dalam percepatan penurunan stunting melalui Corporate Social Responsibility (CSR).
Senada dengan Camat, Lurah Wirolegi Muhammad Musthabiq Dzikril Malik (Abi) menyadari kurangnya anggaran dalam upaya penurunan stunting. Ia menyebut, jumlah stunting di wilayahnya ada 46 anak, sementara yang dicover tiap kelurahan hanya 10 anak.
Menyiasati hal tersebut, Abi lebih mengedepankan pencegahan dari hulu dengan melakukan pemberdayaan dan sosialisasi ke masyarakat.
“Di Wirolegi kita sudah membentuk Kampung Remaja Sehat untuk menguatkan wawasan mengenai kesehatan sehingga mereka siap ketika berumahtangga. Untuk orang tua kita juga ada kegiatan Sekolah Orang Tua Hebat di bawah naungan DP3AKB. Penanganan stunting ini tidak hanya faktor ekonomi kemiskinan tetapi termasuk faktor wawasan orang tua dalam masalah ini,” kata Abi saat dikonfirmasi, Jumat (29/9/2023).
Dibalik anggaran yang minim, Abi akan mengupayakan untuk merangkul pihak swasta untuk berpartisipasi menangani stunting.
“Untuk anggaran memang sangat terbatas, selain pemberdayaan di akarnya kita juga mengupayakan menyuarakan kepada seluruh stakeholder dari pihak swasta dari pengusaha. Alangkah baik jika kita saling bergandeng tangan dalam penanganan stunting ini,” pungkasnya. (*)
Comment