JEMBER, (News Indonesia) — Sejumlah partai besar sudah menerbitkan surat rekom kepada sejumlah bakal calon bupati di Kabupaten Jember. Seperti halnya Gerindra kepada Djoko Susanto – Ahmad Halim, dan juga Nasdem kepada Hendy Siswanto – KH. Muhammad Balya Firjaun Barlaman (Gus Firjaun).
Akan tetapi dinamika partai pun masih bergulir. Dimana partai besar seperti halnya Gerindra dan Nasdem, masih harus berkoalisi dengan partai lainnya untuk memenuhi persyaratan 10 kursi untuk bisa maju dan mendaftar sebagai calon Bupati Jember pada Pilkada 2020 ke KPU.
Menyikapi hal ini, Komunikator DPC Gerindra Jember Ardi Pujo Wibowo menegaskan, tetap taat dengan rekom partai yang dikeluarkan oleh DPP dan akan menjalani perintahnya untuk mendukung calon yang diusungnya dalam Pilkada mendatang.
“Kami Gerindra totalitas dan menjalankan instruksi partai sesuai rekom. Kaitannya dengan (partai) koalisi itu, kami juga akan menyerahkan kepada calon yakni Pak Djoko Susanto (jika dari partai koalisi menawarkan calon lainnya untuk mendampingi). Apalagi calon yang kami usung (Djoko Susanto) sangat aktif untuk bersosialisasi dan mencari partai koalisi, bersama pendamping dari Gerindra (Ahmad Halim),” kata Ardi saat dikonfirmasi melalui ponselnya, Jumat (21/8/2020).
Apalagi dalam waktu dekat, kata pria yang ditunjuk DPC Gerindra sebagai Jubir calon Djoko Susanto – Ahmad Halim ini, akan ada deklarasi bersama dengan partai koalisi lainnya yang juga mendukung pasangan Djoko – Halim. Namun Ardi enggan menyebutkan partai mana yang akan berkoalisi dengan Gerindra itu.
“Yang nantinya akan difasilitasi dengan partai-partai lainnya yang ikut mengusung Pak Djoko,” sambungnya.
Akan tetapi apakah nantinya Gerindra tetap dengan mendukung calonnya sesuai dengan rekom partai atau nanti dimungkinkan berpindah ke calon lainnya?.
Pria yang juga Anggota DPRD Jember dari Fraksi Gerakan Indonesia Berkarya ini menegaskan bahwa masih berpedoman pada rekom yang sudah terbit dari DPP. “Gerindra hanya satu rekom ke Pak Djoko,” jawabnya singkat.
Bahkan jika partai koalisi menghendaki adanya calon lain yang mendampingi Djoko Susanto dan bukannya Ahmad Halim. Ardi menyampaikan, nantinya akan dilakukan komunikasi lanjutan dengan partai koalisi.
“Ya nanti akan ada komunikasi dengan ngopi lah, dengan partai koalisi. Untuk kesepakatan bersama partai-partai koalisi yang mendukung Haji Djoko Susanto, untuk siapa yang diusung P2nya,” katanya.
“Tapi sejauh ini kita tetap jalankan sesuai rekom. Tapi karena Gerindra tidak bisa mengusung sendiri, ya perlu komunikasi dengan partai lainnya siapa yang layak,” imbuhnya.
Lebih jauh Ardi menyampaikan, terkait di medsos ada calon yang berani memasang logo Partai Gerindra. “Partai Gerindra masih taat terhadap rekom calon yang diusungnya,” pungkasnya.
Terpisah, ditanya perihal kemungkinan adanya perubahan pasangan calon meskipun surat rekom sudah diterbitkan, Sekretaris DPD Nasdem Jember Bambang Hariyanto menegaskan, bahwa partai besutan Surya Paloh itu tetap mendukung pasangan Hendy – Gus Firjaun.
“Tetap kita dukung paslon (pasangan calon) sesuai rekom. Jika partai lainnya menghendaki adanya perubahan pasangan, itu terserah Haji Hendy. Kecuali ada persoalan lain tidak tahu. Apalagi pendaftaran (bakal calon ke KPU) bisa berubah (rekomnya),” kata Bambang.
Akan tetapi hingga saat ini, kata Bambang, Partai Nasdem tetap komitmen dengan surat rekom yang sudah terbit, yakni pasangan Hendy – Gus Firjaun.
“Jika ada usulan dari partai lain (yang berkoalisi dengan Nasdem terkait pasangan Hendy – Gus Firjaun), saya tidak tahu, nantinya DPP yang menentukan dan Pak Hendy yang menjawab. Tapi usulan DPD, DPW, adalah Hendy – Gus Firjaun,” jelasnya.
“Akan tetapi jika terjadi perubahan paslon yang akan didukung Partai Nasdem, saya tidak bisa menjawab. Tetapi ranah DPP yang bisa menjelaskan,” sambungnya.
Lebih jauh mantan anggota DPRD Jember ini menjelaskan, kandidat Cabup Hendy Siswanto tentunya sudah melakukan komunikasi politik dengan panjang kepada pengurus DPP Nasdem.
“Untuk rekom Haji Hendy – Gus Firjaun (Dari Partai Nasdem). Tapi jika ada perubahan, Haji Hendy mau gak wakilnya diganti? Kalau tidak, Haji Hendy tidak usah direkom, berangkat dari partai yang lain. Partai yang memaksakan kehendak, melepas Pak Hendy. Kan gitu logika politiknya,” pungkasnya. (*)
Comment