Proyek Jalan APBK Aceh Timur Diduga Asal Jadi: Kualitas Buruk, Pengawasan Lemah, Rakyat Jadi Korban

Foto: Material aspal dibeberapa titik sisi jalan nampak gembur, diduga aspal tak memenuhi standar mutu proyek aspal jalan Simpang Ulim - Ulee Ateung.

ACEH TIMUR, (News Indonesia) – Proyek jalan yang baru saja rampung dikerjakan di lintasan Gampong Blang – Madat, Kecamatan Simpang Ulim, Aceh Timur, kini menuai kritik tajam. Jalan yang menelan dana APBK Tahun 2025 itu bukan hanya dinilai asal-asalan, tapi juga sudah menelan korban kecelakaan sebelum sempat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Insiden terjadi pada Kamis (6/11) sekitar pukul 20.00 WIB, saat satu unit minibus jumbo yang membawa rombongan warga Desa Abeuk Geulante—Madat terjungkal ke area sawah. Rombongan itu diketahui baru pulang dari acara takziah di Kecamatan Birem Bayeun. Akibat kecelakaan tersebut, satu penumpang mengalami patah kaki dan beberapa lainya luka ringan.

Pantauan warga, penyebab kecelakaan diduga kuat akibat konstruksi jalan yang terlalu tinggi tanpa disertai bahu jalan di sisi kiri dan kanan. Padahal, bahu jalan berfungsi vital sebagai area penyangga keselamatan pengguna jalan.

“Pekerjaannya terkesan asal jadi. Jalan tinggi, tapi bahu jalan tidak dikerjakan sama sekali. Ini bukan kelalaian kecil, tapi bentuk pengawasan yang buruk,” tegas Sofyan, tokoh masyarakat Madat, Jumat (7/11).

Lebih lanjut, Sofyan mempertanyakan bagaimana proyek yang jelas-jelas berisiko seperti ini bisa dinyatakan selesai oleh pihak dinas teknis dan konsultan pengawas.

“Jelas-jelas membahayakan nyawa orang. Tapi tetap diserahterimakan. Apa memang pengawasnya tutup mata atau pura-pura tidak tahu,” sindirnya.

Sementara itu, Zulkifli, seorang pemerhati infrastruktur yang telah memiliki sertifikasi Pelatihan Pengawas Lapangan Jalan dan Jembatan dari lembaga swasta, menilai kualitas pekerjaan jalan tersebut tidak memenuhi standar teknis konstruksi aspal yang layak.

“Dari analisis teknis, kemungkinan mutu jalan rendah bisa disebabkan oleh proses di AMP yang tidak terkendali, seperti suhu terlalu tinggi sehingga aspal hangus dan kehilangan daya lekat,” jelasnya.

“Bisa juga karena campuran kadar aspal tidak sesuai Job Mix Formula (JMF), atau suhu aspal sudah turun saat dihampar, bahkan proses pemadatan tidak maksimal akibat alat PTR (Pneumatic Tire Roller) tidak cukup melakukan passing,” lanjut Zulkifli.

Menurutnya, empat indikator itu cukup untuk menilai bahwa pengawasan lapangan dan kontrol mutu sangat lemah. Ia menduga, proyek dikerjakan hanya mengejar waktu dan pencairan dana, tanpa memperhatikan aspek keselamatan dan standar spesifikasi teknis.

“Kalau mutu seperti ini, bukan hanya gagal fungsi, tapi sudah masuk kategori kelalaian fatal. Setiap proyek publik wajib memiliki pengawas yang berintegritas. Kalau pengawas asal tanda tangan, yang jadi korban rakyat kecil,” tegas Zulkifli.

Berdasarkan informasi resmi, proyek lanjutan pengaspalan Jalan Gampong Blang–Ulee Ateung tersebut dikerjakan oleh CV. Raja Karya Pratama yang beralamat di Batoh, Banda Aceh.

Namun, hingga berita ini diturunkan, media ini belum mendapatkan akses dengan pihak kontraktor pelaksana CV. Raja Karya Pratama untuk konfirmasi tudingan pekerjaan proyek aspal yang dinilai asal-asalan.

Sementara Plt Kabid Bina Marga Zubir menjelaskan dalam perencanaan teknis tidak ada item bahu jalan.

“Karena anggaran terbatas tidak ada bahu jalan dalam perencanaan, jadi pertimbangannya untuk perpanjang volume.jalan,” jelas Zubir.

Diketahui, proyek lanjutan pengaspalan Simpang Ulim – Ulee Ateung telah dilakukan PHO oleh PPK Dinas Bina Marga Kabupaten Aceh Timur pada tanggal (1/11) sumber DOKA -APBK Aceh Timut 2025.

Comment