Sumenep Terpapar, Corona Akan Lebih Mudah Menyebar?

SUMENEP, (News Indonesia) -- Setelah empat warganya terkonfirmasi positif terpapar Covid-19, Bupati Sumenep, A. Busyro Karim langsung ambil sikap. Salah satunya, meminta pelaksanaan salat terawih untuk dilaksanakan di rumah masing-masing.

SUMENEP, (News Indonesia) — Jumat (24/4/2020) kemarin menjelang buka puasa pertama di awal ramadhan 1441 H, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, dinyatakan masuk zona merah sebaran Covid-19.

Namun di balik kabar mendadak yang beredar luas di media sosial tersebut, sempat terjadi kesimpang siuran antar berbagai kalangan. Hingga akhirnya, Bupati setempat memberikan keterangan bahwa Kota Sumekar sudah dipastikan masuk dalam zona merah.

Usai ditetapkan sebagai zona merah, sejumlah kalangan menilai Tim maupun Satgas Covid-19 di Kota Keris kecolongan. Tidak hanya itu, Tim Satgas Covid-19 Sumenep juga dituding main ‘petak umpet‘ dengan pasien Corona.

“Kami prihatin bercampur kaget setelah Zona Merah menorehkan Kabupaten Sumenep dalam peta paparan virus Corona,” kata Ketua IKA PMII Sumenep, Joko Suhardi dalam siaran pers yang diterima media ini, Minggu (26/4/2020).

Menurut pria yang akrab disapa Didik ini, pengawasan terhadap orang yang baru datang khususnya dari zona merah harus diperketat dengan membuat tempat isolasi khusus bagi pendatang sebagai ODP (Orang Dalam Pengawasan). Tidak hanya sekedar membentuk posko dan melakukan penyemprotan disinfektan saja.

“Ada apa dengan Tim Satgas Covid-19 Sumenep? Tidak ada PDP (Pasien Dalam Pemantauan) kok langsung ada yang positif Corona,” tanya Didik heran.

Di samping itu, lanjut Didik, Tim Satgas Covid-19 Sumenep terkesan tidak transparan dalam update data sebaran Covid-19 layaknya di daerah lain. Sehingga, masyarakat merasa khawatir. Sebab, jika berlanjut demikian pasien Corona di Sumenep bakal menjamur.

“Kami mendapat informasi jika pasien positif Corona melakukan aktivitas seperti biasa sebelum hasil swab/PCR keluar dan dinyatakan positif terjangkit virus Corona,” keluhnya.

Baca Juga: Tanpa Gejala, Empat Warga Sumenep Positif Terpapar Covid-19

Bahkan, sambung Didik, para pasien tersebut bebas berkeliaran tanpa pengawasan dari tim Satgas Covid-19. Sehingga, sangat dimungkinkan terjadi kontak dengan keluarga maupun handai tolan.

“Aktivitas si pasien pasti berbahaya. Kenapa dibiarkan keluyuran. Meski mereka OTG (Orang Tanpa Gejala). Mestinya, setiap orang yang dinyatakan positif meski dari hasil rapid test, sudah wajib diisolasi. Karena Pemkab sudah menganggarkan sekitar Rp 100 miliar untuk penanganan Corona,” tegasnya.

Untuk itu, IKA PMII Sumenep mendesak kepada Satgas Covid-19 untuk segera melakukan tracing dari empat pasien positif Corona agar tidak menyebar secara liar.

“Yang terpenting dan sangat mendesak. Segeralah lakukan rapid test kepada semua ASN di Kemenag dan lingkungan OPD yang terdampak pasien Corona. Kalau bisa lakukan juga rapid test kepada para ASN dan wakil rakyat (DPRD) Sumenep. Itu semua demi kebaikan semua warga Sumenep,” simpulnya.

Dikonfirmasi terpisah, Ketua Tim Satgas Covid-19 Sumenep, dr. Andri Dwi Wahyudi menyatakan, ihwal ke empat Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) dari unsur Kemenag dan Petugas Medis dinyatakan positif terpapar Corona karena terlibat kontak secara khusus dengan orang yang sudah terjangkit.

“Dalam artian, TKHI yang kemarin berangkat mengikuti pelatihan haji di Surabaya pada tanggal 8 s/d 19 Maret 2020 itu mereka pulang, ternyata dari laporan ada salah satu guru yang mengajar mereka terkonfirmasi positif Covid-19,” katanya melalui sambungan telepon.

Sebenarnya menurut dr. Andri, Tim Satgas Covid-19 Kota Keris sudah melakukan penjaringan secara khusus kepada 9 TKHI. Namun demikian, ternyata berdasarkan hasil tes swab, empat dari sembilan orang TKHI tersebut dinyatakan positif dengan kategori Orang Tanpa Gejala (OTG).

“Iya mau gimana lagi, kita kan sudah berusaha menyaring dengan betul-betul antara yang sehat dan yang tidak sehat, kebetulan kita dapatnya malah dengan orang yang tidak sakit,” bebernya.

Lebih lanjut dr. Andri menjabarkan, hingga saat ini pemerintah belum ada kebijakan resmi terkait dengan ‘lock down’ total. Sehingga, untuk saat ini semua regulasi hanya bersifat imbauan atau anjuran saja.

“Jadi, orang yang keluar masuk Sumenep contohnya seperti TKHI ini iya begitu, mau gimana lagi karena sebentar lagi kan memang musim haji, tentunya ada persiapan-persiapan kan dari petugas haji sendiri,” jabarnya.

Ditanya perihal pengawasan dan isolasi terhadap ke empat TKHI yang masuk kategori OTG, dr. Andri menjawab bahwa pihaknya memberlakukan asas stigma.

“Orang yang masuk dalam kategori OTG kalau di Surabaya atau Jakarta tidak akan diisolasi di rumah sakit, karena memang tidak ada indikasi, tidak harus diinfus maupun dioksigen, sebenarnya diisolasi mandiri saja, cuma karena dikhawatirkan tidak maksimal maka kami perintahkan untuk diisolasi di rumah sakit,” ujarnya.

Kendati terdapat stigma demikian, sambung dia, apabila orang yang masuk kategori OTG tersebut tetap ‘ngeyel‘ dan tidak bersedia melakukan isolasi mandiri serta tidak mau menjalani protokol kesehatan, maka akan dilakukan penjemputan paksa.

Disinggung mengenai salah satu pasien positif Covid-19 yang dikabarkan berangkat sendiri dari kediamannya ke RSUD Moh. Anwar Sumenep mengendarai sepeda motor tanpa mengikuti protokol kesehatan seperti anjuran pemerintah, dr. Andri tidak menepisnya.

“Kan tidak ada dasar OTG harus dijemput paksa, apabila hasilnya positif iya kita kabari dan kita minta untuk segera isolasi, kalau seandainya tidak kooperatif iya protokol itu pasti kita jalankan,” sebutnya.

Soal upaya lanjutan terkait kontak terakhir ke empat pasien terkonfirmasi positif dengan pihak keluarga, tempat kerja dan yang lain, pihaknya akan segera melakukan screening aktif, pemeriksaan hingga rapid test.

“Kalau ada yang positif nanti kita lakukan swab PCR, selain itu Pemkab juga akan melakukan screening pasif yang meliputi lingkungan tempat tinggal, maupun kantor, mungkin salah satunya juga disinfeksi massal,” simpulnya.

Untuk mendapatkan informasi yang lebih, media ini mencoba menghubungi Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Sumenep, Agus Mulyono. Namun saat ditanya perihal keseriusan tim gugus memutus mata rantai Covid-19 di kota keris, ia terkesan menghindar dengan dalih semua harus satu pintu.

“Lho ndak, ndak, sudah cukup pak Bupati. Satu pintu di Ketua Gugus Tugas Pak Bupati, mohon maaf. Intinya kita melangkah cepat, maaf ya ini sekarang saya ada rapat,” singkatnya.

Baca Juga: Bupati Sumenep Tekankan Salat Terawih di Rumah, Putus Penyebaran Covid-19

Sebelumnya, pasca empat warganya terkonfirmasi positif terpapar Virus Corona atau Covid-19, Bupati Sumenep mengimbau masyarakat ujung timur pulau Madura agar lebih sadar dan waspada untuk memutus mata rantai sebaran virus tersebut.

Beberapa langkah yang disampaikan orang nomor satu di lingkungan Pemkab Sumenep ini, diantaranya lebih meningkatkan kewaspadaan diri, dengan tetap menjaga pola hidup sehat, rajin cuci tangan, selalu menggunakan masker, serta mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah.

Social Distancing (jaga jarak) harus benar benar kita perhatikan, karena situasinya ramadan, saya lebih setuju jika bertarawih di rumah saja, bersama keluarga. Jika ada yang terpaksa tarawih di tempat umum, maka harus betul betul menjaga jarak satu sama lain, karena kita ingin memotong penyebaran virus ini,” kata Bupati Busyro. [kid/faid]

Comment