SUMENEP, (News Indonesia) — Setelah empat warganya terkonfirmasi positif terpapar Covid-19, Bupati Sumenep, A. Busyro Karim langsung ambil sikap. Salah satunya, meminta pelaksanaan salat terawih untuk dilaksanakan di rumah masing-masing.
Hal ini dilakukan, dalam rangka memutus mata rantai penyebaran virus mematikan itu. “Salat tarawihnya lebih baik di rumah saja bersama keluarga, kita harus memberlakukan phsycal Distancing,” katanya dalam jumpa pers dengan sejumlah media di rumah dinas (rumdis).
Sebab, sambung suami Nur Fitriyana ini, menjaga keselamatan jiwa itu jauh lebih penting. Apalagi, salat terawih itu merupakan sunnah.
“Bukan meninggalkan salat terawih. Tapi, kami tegaskan untuk menjalankan salat terawih, tapi di rumah saja. Bahkan, ibadah wajib saja bisa digugurkan jika mengancam jiwa,” ungkapnya dengan nada serius.
Bupati juga mengimbau agar dalam pelaksanaan salat Jum’at untuk dipercepat guna menghindari kerumunan banyak orang di tengah kebijakan ‘physical distancing’ atau jaga jarak.
“Yang penting dibaca rukun-rukunnya, surat-suratnya, juga baca yang pendek-pendek agar cepat pulang. Masyarakat Sumenep saat ini harus begini selama ada virus Corona,” katanya.
Langkah ini diambil, menurut mantan Ketua DPRD dua periode ini, karena Kabupaten dengan slogan Kota Sumekar ini telah beralih status dari zona hijau menjadi zona merah. Sehingga, diperlukan langkah untuk memutus mata rantai ini.
“Saat ini sudah ada 4 orang yang terkonfirmasi Covid-19 ini. makanya, jangan dianggap enteng masalah virus ini,” tuturnya.
Politisi senior PKB ini menambahkan, diperlukan gerak bersama untuk memutus mata rantai ini. “Gerakan bersama memutus virus corona selain di atas, maka hendaknya menggunakan masker, jaga jarak, dan sering-sering cuci tangan, dan tetap jaga kesehatan,” pintanya.
Empat warga Sumenep sudah terkonfirmasi positif Covid-19. Yakni, jika tiga berjenis kelamin laki-laki dan satu orang perempuan.
Untuk informasi, ke empat warga kota keris yang terkonfirmasi positif terpapar Covid-19, tiga berjenis kelamin laki-laki dan satu orang perempuan. Dua orang berasal dari tenaga medis (tenaga kesehatan) sedang dua lainnya merupakan pegawai di lingkungan Kemenag setempat selaku ketua keloter dan pembimbing haji, mereka diduga kuat terpapar saat mengikuti TKHI di Asrama haji Sukolilo Surabaya, terhitung sejak tanggal 9-18 Maret 2020 lalu. [ifa/faid]
Comment