SUMENEP, (News Indonesia) – Desa Romben Guna, kecamatan Dungkek, Sumenep, Madura, Jawa Timur, adalah salah satu desa potensial, mata pencaharian penduduk pada umumnya dapat dikelompakkan kedalam dua hal, yaitu petani dan nelayan.
“Penduduk desa ini sebenarnya majemuk mas, tapi dari prosentase desa mayoritas adalah petani dan nelayan, saat ini penduduk yang berdomisili di pesisir pantai akan mengadakan acara petik laut,” tutur Anwar (25) salah satu pemuda setempat Selasa (06 Maret 2018).
Sementara menurut Zaini (36) menjelaskan bahwa tahun 2016 petik laut semua pangkalan bersatu, pada tahun 2017 sudah menjadi 2 pangkalan, parahnya tahun 2018 ini pecah kembali menjadi 3 pangkalan, bukan tidak mungkin tahun yang akan datang menjadi 4 pangkalan.
“Sebenarnya ini bukan soal perpecahan mas, kami sesama kepanitiaan sudah saling berkomunikasi, tetapi tetap menemui jalan buntu, makanya tetap berpisah, saya tidak tahu pasti apa dan mengapa bisa jadi seperti ini,” kata pria yang juga jadi ketua panitia untuk pangkalan Akkor dan Koranji ini.
Baca Juga: Visit Kembali Disorot, Kabid Pariwisata: TDUP Wisata Sumenep dari Dulu di Sepelekan
Sementara menurut Bunawi (36) ketua petik laut untuk pangkalan Ro’soro’ tengah dan Somor Pandan mengatakan bahwa, petik laut harusnya memang satu.
Pihaknya meyakini, jika semua nelayan dari masing-masing pangkalan perahu bersatu dan tidak mengedepankan egoisme, acara petik laut akan lebih meriah.
“Persoalan hiburan bisa diatur belakangan, buktinya dulu bisa, tetapi karena adanya riak-riak kecil yang saling menyudutkan satu sama lain akhirnya pecah mas,” kata mantan sekretaris PAC PDI Perjuangan ini.
Terpisah, menurut Satta (45) ketua panitia petik laut untuk pangkalan Taman menegaskan bahwa, perpecahan itu sebenarnya bukan masalah besar.
“Kami hanya ingin hiburan dalam kemasan petik laut adil, tidak ditaruh disatu tempat. Dengan demikian kita juga merasa nyaman dan aman. Kalau nanti Desa siap memfasilatasi untuk bersatu semua mas, kami siap ! Asal tetap adil dan merata,” imbuhnya kepada media ini.
Sementara saat media ini meminta konfirmasi kepada pihak desa setempat.
Dewi Mustika menegaskan bahwa pihak desa intinya sudah acap kali memberikan saran dan masukan. Tapi seakan-akan saran dan masukan itu hanya dianggap angin lewat.
“Iya, mau bagaimana lagi, ibarat nasi sudah jadi bubur, harapan kami hanya satu ” jangan sampai ini menjadi awal permusuhan antar sesama nelayan,” tururnya.
Pantauan media ini, tidak terlihat batas-batas pangkalan perahu, akan tetapi sikap sebagian panitia terlihat saling bersikukuh akan kebenarannya masing-masing. (Qid/Jie)
Comment