Padi Unggul HMS 700, Sumenep Jadi Pionir Kolaborasi Pertanian Indonesia–Malaysia

Foto : Kepala DKPP Sumenep, Chainur Rasyid saat melakukan memorandum of understanding (MoU) dengan Pusat Kajian Pertanian Organik Terpadu (PKPOT) dan Kerajaan Kedah Malaysia

SUMENEP, (News Indonesia) – Kabupaten Sumenep kembali mencatatkan langkah penting dalam dunia pertanian. Melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP), daerah di ujung timur Madura ini dipercaya menjadi representasi petani Indonesia dalam kerja sama internasional pengembangan varietas unggul padi HMS 700 bersama Pemerintah Kedah, Malaysia, dan Pusat Kajian Pertanian Organik Terpadu (PKPOT).

Kepala DKPP Sumenep, Chainur Rasyid, mengungkapkan varietas HMS 700 memiliki potensi luar biasa. Jika padi biasa rata-rata menghasilkan sekitar 200 bulir per malai, varietas ini mampu mencapai lebih dari 700 bulir.

“Dengan lahan pertanian yang semakin terbatas, kita perlu varietas yang bisa menghasilkan lebih banyak. HMS 700 menjadi jawaban atas tantangan itu,” jelasnya.

Menurut Chainur, kolaborasi ini tidak hanya sebatas uji coba varietas baru, tetapi juga pertukaran pengetahuan antara petani lokal dan jejaring internasional.

“Ini membuktikan bahwa petani Sumenep juga mampu mengambil bagian dalam pengembangan teknologi pertanian yang berskala global,” ujarnya, Rabu (16/04).

Sebagai tindak lanjut, DKPP Sumenep akan menggelar uji coba penanaman HMS 700 di beberapa kecamatan, seperti Pragaan dan Manding, yang selama ini dikenal sebagai sentra produksi padi. Melalui demplot tersebut, diharapkan dapat diukur sejauh mana adaptasi dan produktivitas varietas HMS 700 di lahan lokal.

Inung, sapaan akrab Chainur, optimistis kerja sama lintas negara ini akan memperkuat ketahanan pangan, tidak hanya di tingkat regional, tetapi juga nasional.

“Pertanian saat ini bukan lagi soal lokal semata. Dengan adanya HMS 700, kita berharap Sumenep bisa memberi kontribusi nyata bagi dunia,” pungkasnya.

Kolaborasi Sumenep–Malaysia ini menjadi simbol bahwa pertanian dapat menjadi jembatan diplomasi antarbangsa sekaligus solusi menghadapi krisis pangan global. (*)

Comment