Seorang Santri di Sampang Diduga Jadi Korban Rekayasa Penangkapan Sabu Oknum Polisi

Pengasuh Ponpes Darul Amin Somber Telor, KH. Malik, bersama Bupati Sampang dan Kapolres, saat berupaya menenangkan ribuaan massa.

SAMPANG, (News Indonesia) — Salah satu santri, di pondok pesantren (Ponpes) Darul Amin Somber Telor, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, diduga menjadi korban rekayasa polisi setempat dalam mengungkap kasus sabu-sabu.

Menurut keterangan salah satu saksi, Matlawi (35) mengatakan, kejadian itu berawal dari kunjungan wali santri ke pondok. Kebetulan, terdapat keluarga santri yang hendak masuk ke pesantren dititipi barang oleh orang tak dikenal.

“Yang dititipi barang ini masih anak-anak. Tidak lain adalah adik santri yang mondok,” cerita Matlawi. Selasa (25/8/2020).

Setibanya didalam pondok, lanjut dia, ada seorang yang menerima telepon untuk menghampiri anak yang saat itu sedang berada di gardu tempat biasanya santri dikunjungi. Tak lama saat ingin menyampaikan titipan barang, kepada orang yang tidak dikenalnya, anak tersebut langsung diringkus oleh aparat kepolisian yang diduga menyamar sebagai pembeli.

“Saat barang tersebut diambil dari pecinya, seketika itu ada aparat yang langsung menciduknya dan dibawa ke Mapolsek Robatal,” jelas Matlawi.

Kepanikan dan ketegangan sempat terjadi, saat aparat datang kedua kalinya ke pondok tersebut untuk mengambil barang bukti sepeda motor yang saat itu dipakai oleh keluarga korban.

Akibatnya, orang tua santri dan para simpatisan tidak terima dengan kejadian tersebut. Mereka menduga ada fitnah yang dilakukan oleh aparat kepolisian.

Polisi yang sempai masuk ke pesantren tersebut langsung diamankan oleh pengasuh untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

“Sampai akhirnya, ribuan masyarakat dan alumni yang datang ke pesantren tersebut meminta aparat yang sengaja memberi narkoba tersebut untuk didatangkan dan mengakui perbuatannya,” sebut Matlawi.

Akibat kericuhan itu, Bupati Sampang H. Slamet Junaidi bersama Kapolres Sampang, AKBP Abdul Hafidz, mendatangi pesantren untuk menenangkan massa yang sudah tampak tidak kondusif.

H. Slamet Junaidi sempat berdiskusi dengan keluarga pesantren untuk meredam emosi massa dan mencari jalan keluar atas kejadian tersebut.

“Tadi kami sudah sepakat dengan pengasuh dan kepolisian untuk satu pintu menyelesaikan masalah ini. Kami minta kepada masyarakat untuk tetap tenang agar Sampang tetap kondusif,” ucap H. Idi.

Sampai berita ini ditulis, belum ada penjelasan dan klarifikasi dari pihak Kepolisian terkait insiden tersebut.

“Kami beserta Kapolres Sampang berjanji akan mengusut video dan mencari dalang otak permasalahan ini selambat lambatnya tiga hari,” tegas Bupati. (*)

Comment