SAMPANG, (News Indonesia) – Terkait polemik antara Dewan Kesehatan Rakyat (DKR), dengan Rumah Sakit Swasta Nindhita Sampang, akhirnya menempuh jalur musyawarah yang difasilitasi oleh Dinas Kesehatan, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, walaupun menemui jalan buntu.
Turut hadir dalam pertemuaan, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sampang, Direktur BPJS dan juga perwakilan pihak Rumah Sakit Nindhita, pihak keluarga yang diduga menjadi korban, bertempat di ruang rapat Dinas kesehatan. Selasa (14/10/2020).
Pertemuan itu dalam rangka mencari jalan keluar tentang pasien yang diguga ditolak sebelumnya oleh pihak Rumah sakit Nindhita, namun hasilnya nihil, pasalnya dinkes, IDI, BPJS dan pihak Nindhita hanya membicarakan regulasi kesehatan.
Padahal, pihak DKR berharap menemukan jawaban dan juga klarifikasi dari RS Nindhita, namun saat acara digelar pihak Nindhita tidak membawa satupun saksi yang menerima pasien pada saat kejadian itu, sementara dari pihak DKR membawa keluarga pasien yang diduga ditolak, termasuk pendampingnya.
“Pertemuan tadi kami anggap tidak imbang, maka kami memilih keluar dari forum tersebut, karena hanya menghabiskan waktu dan energi saja. Keberpihakan terhadap pasein yang jadi kasus sudah tidak lagi diindahkan,” terang Koordinator Bidang Advokasi dan Hukum DKR, Ildzamuddin.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sampang, Agus Mulyadi menjelaskan, pihaknya telah mengupayakan untuk mencari jalan keluar antara kedua belah pihak.
“Kedua belah pihak yang berseteru yakni Dewan Kesehatan Rakyat (DKR) dan RS Nindhita kita pertemukan, tujuannya untuk mencari solusi,” akunya.
Kendati demikian, pihaknya tidak menampik masih terjadi kekurangan dalam hal pelayanan yang ada di rumah sakit tersebut, namun Agus berjanji akan melakukan upaya pembinaan secara serius.
“Kami mengakui ada pelayanan di rumah sakit Nindhita yang memang kurang maksimal, tapi kami janji akan melakukan pembinaan,” tegasnya.
Langkah mediasi diambil, karena kedua belah pihak yaitu DKR dan rumah sakit sama-sama memiliki peranan penting dalam upaya memberikan yang terbaik untuk kesehatan masyarakat Sampang.
“Kedua belah pihak sama-sama punya peran, relawan membantu masyarakat, sedangkan rumah sakit memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat,” imbuh Agus.
Owner rumah sakit Nindhita Sampang, dr Hj. Turah enggan disebut menolak pasien, pihaknya menganggap hanya terjadi miskomunikasi saja.
“Itu hanya miskomunikasi dari bawah yang tidak melakukan komunikasi terlebih dahulu. Jika ada komunikasi dari awal dan pasien menggunakan BPJS, pasti saya sarankan untuk di bawa ke RSUD, karena pada waktu itu saya memang tidak ada,” jelasnya. (*)
Comment