JEMBER, (News Indonesia) — Dyan Riza, warga Jalan Gajah Mada, Kecamatan Kaliwates, Jember, berhasil menciptakan permainan kartu yang kemampuannya setara dengan mengerjakan 200 soal matematika.
Permainan yang diberinya nama Kartu Merah Putih itu, merupakan salah satu dari ratusan mainan lainnya yang telah berhasil ia ciptakan.
Namun Founder dari kelompok belajar dan bermain Gemartika (Gemar matematika) ini mengaku sedih, karena konsep dari permainan dan belajar yang ia kolabirasikan itu, kurang mendapat sambutan baik dari masyarakat.
Pasalnya Dyan mengungkapkan, pihaknya kesulitan untuk mengenalkan permainan miliknya secara luas.
“Saya yang juga seorang pemerhati pendidikan, selama kurang lebih 25 tahun hijrah ke Jakarta, dan menyayangkan dengan adanya momok bahwa matematika itu sebuah ilmu yang harus dihindari. Padahal kalau dikonsep dengan sebuah permainan, menjadi sebuah hal yang asyik dan mudah untuk dipelajari,” kata Dyan saat dikonfirmasi wartawan di Jember, Minggu (30/8/2020).
Ia mengatakan, konsep permainan kartu yang ada dalam Kartu Matematika Merah Putih itu, terdiri dua konsep kartu Solusi dan Masalah.
“Pemain kartu ini nantinya akan menyelesaikan sebuah challenge (tantangan,red) dan mencari jawabannya dari kartu solusi yang dipegang. Dalam permainan ini, bisa diikuti banyak peserta, tidak hanya terbatas pada beberapa orang,” tuturnya.
Dyan mengaku, menemukan permainan matematika itu sejak tahun 2005 silam. “Bahkan selain permainan kartu merah putih ini, juga banyak permainan lainnya. Bahkan jika ditotal ada 200an lebih,” katanya.
Dyan menjelaskan, terkait permainan kartu yang diciptakannya, jika sebuah soal matematika itu ditulis dalam lembaran kertas. Setara dengan mengerjakan 200 soal.
Bayangkan saja, kalau mengerjakan soal sebanyak 200 soal. Pastinya akan membuat jenuh dan takut terlebih dulu.
“Namun dalam permainan kartu merah putih ini, akan terasa mudah dan secara tidak langsung membuat pemainnya bisa belajar konsep berhitung cepat, apakah itu penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan juga pembagian. Itu dasarnya, dan ada levelnya,” imbuh Dyan.
Sejauh ini, Dyan menyebut masih fokus membuat permainan, bagaimana pemasarannya itu yang diakuinya belum dilakukan.
“Maka dari itu upaya yang saya lakukan ya dengan membuka tempat bermain dan belajar di pusat keramaian ataupun dengan mengajak guru saat menjadi pemateri di musyawarah guru,” ungkapnya.
“Saya berharap permainan yang saya miliki bisa memberikan manfaat, dan nantinya menjadi solusi jika ada yang kesulitan belajar matematika,” sambungnya. (*)
Comment