Seorang Lansia Bersama Cicitnya, Hidup Dari Belas Kasihan

SAMPANG, (News Indonesia) – Sungguh sangat ironis nasib se orang lansia, Talina (80) warga Dusun Ragung Utara, Desa Ragung, Kecamatan Pangarengan, Sampang, Madura, Jawa Timur, yang tidak bisa apa-apa serta sakit yang di deritanya bertahun-tahun. Lansia tersebut dirawat oleh cicitnya yang masih Sekolah Menengah Pertama (SMP). Setiap hari kebutuhan hidup dari tetangganya.
Talina adalah seorang janda tua, dimana saat berkeluarga tidak mempunyai keturunan dan saudaranya sudah meninggal semua. Dengan kesendiriannya akhirnya Talina mengadopsi cucu saudaranya dari kecil bernama Wahdan (37), sampai besar dan menikah, mempunyai anak bernama Hikmatul Laili.
“Sejak Wahdan bercerai dan menikah lagi, entah dimana keberadaan anak yang di adopsi oleh Mbah Talina, hanya cicitnya (Hikmatul Laili) yang merawat sehari-hari masih Sekolah di SMPN 2 Pangarengan,” cerita Maina, tetangga Mbah Talina, kepada News Indonesia, Sabtu (22/9/2018).
Maina mengatakan setiap harinya kebutuhan hidup Mbah Talina dan cicitnya di bantu ala kadarnya, sementara Mbah tidak mempunyai penghasilan serta menderita penyakit yang bertahun-tahun dan tidak mempunyai biaya berobat.
“Dirinya bersama anaknya (Aan) hanya bisa membantu kebutuhan sehari-harinya saja berupa makanan, dan cucunya tidak tahu keberadaannya,” tuturnya.
Pantauan News Indonesia saat mendatangi rumah Lansia Talina, sungguh-sungguh memprihatinkan, kakinya bengkak dan hitam di kerubuti semut, dengan kedatangan News Indonesia tetangga yang biasa membantu membersihkan semut yang ada di kaki Mbah Talina. Sementara Talina hanya bisa duduk saja dan isi rumahnya hanya tempat tidur sang Lansia.
Kondisi Mbah Talina
Saat ditanya news Indonesia, selama ini dapat bantuan apa saja? dapat bantuan beras dari Kades Ragung. Penyakit yang dideritanya sejak lama dan tambah parah.
“Untuk berobat tidak punya biaya. Makan saja sama cicitnya di kasih tetangga,” ucapnya dengan terbata – bata.
Terpisah, Enny Wahyuni guru SMPN 2 Pangarengan saat di konfirmasi mengatakan Hikmatul Laili Kelas IX beda, tidak ceria seperti teman – teman lainnya. Dengan adanya laporan dari Anniyah seorang guru SMPN 2 Pangarengan, juga tetangga Hikmatul Laili, bahwa Laili, sapaan Hikmatul Laili kalau sekolah tidak mandi.
“Saat itulah Laili di panggil ke ruang BP dan di tanya apa benar, laporan itu dan Laili mengakuinya kalau sehari-harinya tidak mandi miskipun masuk sekolah karena tidak ada air untuk mandi,” terangnya.
Dengan adanya hal itu pihak sekolah mendatangi rumah Laili dan sangat memprihatinkan kehidupan bersama Mbahnya yang lagi berbaring sakit yang sudah lama serta di dalam rumah lansia tersebut yang tidak terawat dan berantakan.
“Tidak ada apa-apa di dalam rumah Mbah Talina cuma ada tempat tidur saja, perabot rumah tidak ada sama sekali,” ujar Enny.
Enny menambahkan pihak sekolah sudah memberikan bantuan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari dan kompor gas serta mie instan, untuk kebutuhannya.
“Berharap kepada Pemerintah Daerah untuk membantu lansia yang tidak mampu,” harapnya.
Hikmatul laili saat dikonfirmasi selama ini dirinya merawat Mbahnya seorang diri dan untuk makan sehari – hari di kasih tetangga.
“Kalau mandi dengan air tambak dan untuk minum dan cuci dengan sisa air hujan,” ungkapnya. (Me2t/Dewi).

Comment