Kunci Sukses Ternak Lebah Madu di Sumenep, Raup Omset Rp 200 Juta dalam Sebulan

Foto : Hozari (56), PNS yang juga pengusaha ternak lebah madu millefera, di jalan raya Gapura, Desa Paberasan, Sumenep, saat menunjukkan lebah madunya.

SUMENEP, (News Indonesia) — Mungkin bagi mayoritas orang, menjadi pegawai negeri sipil (PNS) merupakan impian terbesar dalam hidup, sehingga harus dikejar habis-habisan, bahkan lebih menggiurkan dibandingkan berwirausaha.

Kondisi itulah yang dialami Hozari (56), guru PNS yang sukses dengan ternak madu. Semula, ia mencoba wirausaha ini pada tahun 2014 silam secara otodidak.

“Tanpa berguru kepada siapapun, saya membeli 20 kotak lebah madu mellifera, waktu itu saya datangkan dari Kediri, sambil lalu belajar, saya mengamati seperti apa proses perkembangan lebah dalam menghasilkan madu yang baik,” katanya kepada media ini, Jumat (3/1/2020).

Lebah madu apis mellifera tergolong jinak dibandingkan dengan lebah yang ada di alam liar, pasalnya lebah ini di impor dari negeri kanguru (Australia), selain unik lebah ini memiliki ciri-ciri khusus.

“Pada ratu lebah apis mellifera memiliki warna merah kuning kecoklatan, lebah jantan berwarna lebih muda, tapi sifatnya lebih aktif, itu hanya saya yang tahu,” guraunya, sembari melempar senyuman.

Meski belajar secara otodidak, usaha pria kelahiran 20 Desember 1963 ini, berjalan lancar bahkan, setiap tahun mengalami kemajuan yang pesat.

“Dari 20 kotak, sekarang sudah hampir 400 kotak, dalam 1 kotak mampu menghasilkan 7 botol minuman ukuran 650 mili liter,” ujarnya.

Untuk satu botol, lanjut guru SDN Bungin-Bungin Kecamatan Dungkek ini, membandrol harga Rp 100 ribu.

“Dalam sebulan saya bisa memproduksi kurang lebih 2000 botol, kalau dikalikan 100 ribu ya Rp 200 juta,” ungkapnya.

Hozari menyatakan, ternak lebah madu layaknya pengembala, ia harus pindah kemana saja mencari ketersediaan pasokan makanan dari alam, di samping tepung sari.

“Istilahnya nomaden, terkadang diletakkan di kecamatan Ambunten, Rubaru, Saronggi, Lenteng, Ganding, sekarang di Desa Paberasan, Kecamatan Gapura,” jelasnya.

Ia menyatakan, saat ini sudah mempekerjakan 20 orang dengan gaji yang berbeda, mulai dari Rp 2 juta sampai Rp 5 juta perbulan.

“Bisnis sambil beramal, dapat keuntungan juga dapat pahala,” imbuh pria asal Desa Nyabakan Barat Kecamatan Batang-Batang.

Baca Juga: Manfaatkan Kemajuan Teknologi, Kades Lobuk Ciptakan Aplikasi ‘Sami Sae’

Kendati demikian, lanjut pria yang kini menetap di Desa Banasare Kecamatan Rubaru ini, setiap pekerjaan pasti memiliki resiko, tergantung sejauh mana bisa bertahan dan bersabar.

“Kendalanya ketika musim kemarau tiba, panas matahari yang menyengat bisa mengakibatkan lebah tidak betah di sarang kotaknya, akibatnya stres bahkan mati,” sebutnya.

Sukses di wirausaha lebah madu, tak lantas membuat Hozari ibarat kacang lupa kulitnya, tidak heran pangsa pasarnya menjalar hingga ke luar negeri.

“Setiap hari saya mengajar, jam 12 siang baru pulang, sorenya sekitara jam 1 saya di sini, sebab bagi saya tidak ada yang harus dikorbankan dalam urusan kebaikan, dan Alhamdulillah konsumen dari luar daerah banyak yang pesan, mulai dari Bali, Banyuwangi, Malang, Surabaya, Yogyakarta, Banten, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, Aceh, bahkan Malaysia juga ada,” paparnya.

Menurut Hozari, sukses harus dipenuhi dengan tiga unsur, pertama kuasai ilmunya, kedua kerja maksimal, ketiga doa.

“Jika semua itu dikerjakan, Insya Allah sukses akan segera datang,” tukasnya. [kid/faid]

Comment